f MAKALAH I’JAZUL QUR’AN (KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN) ~ Urwatun Wursqa

Rabu, 10 Januari 2018

MAKALAH I’JAZUL QUR’AN (KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN)



MAKALAH

IJAZUL QUR’AN
 (KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN)

Disusun oleh:
Nadzif Arfa Az-Zuhri (16350038, AS-B)
Ali Mutohar (16350039, AS-B)
A. Akhil Adib (16350040, AS-B)

PROGRAM STUDI  AL AHWAL AL SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmu Al-Qur’an tentang kemukjizatan Al-Qur’an.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami beri judul “I’jazul al-Qur-an”. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 10 November 2017

Penyusun
    
                                                                                             


DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang harus kita imani serta aplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia maupun di akhirat. Selain itu Al-Qur’an adalah mukjizat abadi yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW, dimana hukumnya berlaku sepanjang masa, karena tidak akan ada satu manusia pun yang mampu membuat satu kitab tandingan atau sama dengan Al-Qur’an.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa kajian tentang ilmu Al-Qur’an salah satu diantaranya yaitu I’jazul Qur’an. I’jazul Qur’an adalah bagian dari ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang menyangkut kemukjizatan Al-Qur’an. Keistimewaan Al-Qur’an inilah yang menjadi daya tarik sendiri dari juz, surat, ayat, kalimat, bahkan apa yang ada dalam huruf per huruf di Al-Qur’an itu merupakan anugerah dari Allah SWT.
Kemukjizatan Al-Qur’an adalah sesuatu yang hanya diberikan Allah Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih-Nya. Kemukjizatan yang tidak di berikan Allah kepada siapapun baik sebelum maupun sesudah Nabi Muhammad SAW. Inilah yang merupakan keistimewaan tersendiri dari Al-Qur’an sekaligus sebagai mukjizat rahmatan lil’alamin.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang I’jazul al-Qur’an dengan membatasi pembahasan tentang pengertian I’jazul al-Qur’an , segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an dan fungsi kemukjizatan al-Qur’an.
Setelah selesainya makalah ini diharapkan kita memahaminya kemukjizatan Al-Qur’an sehingga dapat lebih mencintai Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan.

2.      Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini aadalah sebagai berikut:
a.       Apa pengertian ijazul Al-Qur’an?
b.      Bagaimana segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an?
c.       Apa fungsi kemukjizatan Al-Qur’an

3.      Manfaat dan Tujuan 

Adapun manfaat dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui pengertian ijazul Al-Qur’an.
b.      Mengetahui segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an.
c.       Mengetahui fungsi kemukjizatan Al-Qur’an.
d.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu Al-Quran.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kemukjizatan Al-Qur’an

Secara bahasa mukjizat atau ijaz berasal dari a’jaza - yu’jiyu - I’jaz yang mempunyai arti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fâ’il (yang melemahkan) disebut mu’jiz. Tambahan ta’ marbûthah diakhir kata sehingga menjadi mu’jizah menunjukkan mubâlaghah (superlatif) artinya yang sangat melemahkan..[1] Secara normative mukjizat adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidakberdayaan.[2]
Secara istilah pengertian kemukjizatan Al-Qur’an dikemukakan oleh beberapa ulama  sebagai berikut:
1.    Manna Khalil Al Qattan
أمر خارق للعادة مقرون بالتحدى سالم عن المعارضة
Perbuatan yang luar biasa yang disertakan dengan bertanding secara damai dari orang yang menentangnya.
Selain pengertian diatas Kemukjizatan juga mempunyai arti menampakan kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT dalam memperoleh pengakuan orang lain dengan menampakkan kelemahan orang-orang arab untuk menandingi mukjizat yang abadi yaitu Al-Qur’an.[3]
2.    Ali Asy Shabuniy
Kemukjizatan adalah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun individu untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datang dari Allah SWT yang diberikan kepada Rasulullah SAW untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabiaannya.
3.      Muhammad Bakar Ismail
Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti tantangan yang diberikan oleh Allah swt kepada nabi-nabi-Nya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya yang bersumber dari Allah SWT.
Dari beberapa pengertian para ulama di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mukjizat adalah perkara luar biasa yang menampakkan kebenaran untuk melemahkan manusia baik secara kelompok maupun individu yang diberikan kepada utusan Allah agar mendapatkan pengakuan dari orang lain akan kerasulannya.

B.     Segi-Segi Kemukjizatan Al-Qur’an

Kemukjizatan Al-Qur’an bisa dilihat dari berbagai segi atau aspek diantaranya sebagai berikut:
1.    Mukjizat Al-Qur’an dari Segi Bahasa dan Redaksinya
Allah tentu mempunyai maksud tersendiri mengapa Al-Qur’an diturunkan dalam bahas arab yang jelas dan terang kepada  Nabi Muhammad SAW, tidak menggunakan bahasa Indonesia, bahasa inggris dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan bahasa arab mempunyai banyak keistimewaan, yaitu sebagai berikut:
a.    Bahasa Arab umumnya mempunyai akar kata tiga huruf mati seperti qâla dari qaf-waw-lam, kalâm dari kaf-lam-mim, dan kitâb dari kaf- ta’- ba’.
b.    Bunyi sangat menentukan dalam bahasa Arab.
c.    Bahasa Arab adalah bahasa yang kaya kosa kata dan sinonimnya.
d.   Bahasa Arab juga memiliki tata bahasa yang rinci dan detail.
Mukjizat Al-Qur'an dari segi bahasa dapat dilihat dari susunan kata dan kalimatnya, ketelitian dan keseimbangan redaksinya. Dalam hal susunan kata dan kalimatnya dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini:[4]
a.       Nada dan langgam Al-Qur’an
Ayat-ayat alqur’an bukanlah syair atau puisi tetapi kalau kita dengar akan nampak keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata-kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya
b.      Singkat dan padat
Dalam Al-Qur’an banyak kita jumpai ayat-ayat nya singkat tetapi padat artinya, sehingga menyababkan berbagai macam pemahaman dari setiap mereka yang membacanya. Contohnya Surat Al-Baqarah ayat 212:
... وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya : “...Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Ayat ini dapat mencakup makna :
1)      Allah berhak memberikan rezki kepada siapa saja yang dikehendaki tanpa berhak dipertanyakan.
2)     Allah bisa saja memberikan rezki kepada siapa saja tanpa memperhitungkannya.
3)     Allah memberi rezki kepada seseorang tanpa diduga-duga oleh yang bersangkutan.
4)      Allah bisa saja memberi rezki kepada seseorang  tanpa menghitung detail amalnya.
5)      Allah bisa saja memberi rezki kepada seseorang dengan jumlah yang banyak sehingga yang bersangkutan tidak mampu menghitungnya.

c.       Memuaskan akal dan jiwa
Bagi orang awam, ayat Al-Qur an mungkin terasa biasa, tetapi bagi para filosof dengan ayat yang sama akan melahirkan pemahaman yang luar biasa. Contoh Surah Al-Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Perintah ayat di atas adalah bukan “Tuhan mewajibkan atas kamu berpuasa” tetapi “diwajibkan atas kamu berpuasa”. Ini untuk mengisyaratkan bahwa manusia sendiri yang kena mewajibkan pada dirinya untuk berpuasa jika ia mengetahui betapa besar manfaat yang ia dapatkan dari ibadah puasa.
d.      Keindahan dan ketepatan maknanya
Untuk memahami hal ini, terdapat dua contoh ayat al-Qur’an dalam surat Az-Zumar : 71 dan 73 :
         وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا ...(۷۱)
Artinya : “Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya.
     وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا ...(۷۳)
Artinya”Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka.”
Dalam ayat yang disebutkan di atas, telihat perbedaan yaitu, pada ayat yang berbicara tentang penghuni surga terdapat kata فُتِحَتْ sedangkan, pada ayat yang berbicara tentang penghuni neraka terdapat kata yang sama namun tidak menggunakan huruf waw. Huruf waw memiliki peran penting sehingga makna yang dapat kita pahami adalah jika anda menghantarkan seorang penjahat kepintu tahanan, maka pintu tersebut baru terbuka ketika diketuk dari luar. Berbeda dengan jika anda menghantarkan seseorang yang ditunggu kehadirannya, maka untuk menghormati orang yang anda hantarkan tersebut, pintu gerbang telah terbuka lebar baginya. 

e.       Keseimbangan redaksi Al-Qur’an
Di antara keseimbangan redaksi al-Qur’an adalah :[5]
1)       Kesimbangan antara jumlah bilangan kata dengan anonimnya. Misalnya :
a)       الحياة (kehidupan) dan  الموت (kematian) masing-masing sebanyak 145 kali.
b)       الصالحات (kebajikan) danالسيئات   (keburukan) masing-masing 167 kali.
c)       الكفر   (kekufuran) dan الإيمان  (iman) masing-masing 17 kali.
1)      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya.Misalnya :
a)       القرآن  dan   الوحي    masing-masing 70 kali.
b)       الجهر dan   العلانية   masing-masing 16 kali.
c)        العجب dan  الغرور  masing-masing 27 kali.

2.    Mukjizat Al-Qur’an dari Segi Sejarah
Isi dari kitab suci Al-Qur’an sangatlah lengkap, bahkan kejadian masa lalu yang pada saat itu manusia belum diciptakan telah ada dalamnya. Al-Qur’an bercerita tentang awal mula penciptaan Adam, kemudian penciptaan Hawa sebagai pasangan Adam, yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Selanjutnya Al-Qur’an menceritakan bagaimana Adam dan Hawa terusir dari surga, dan kisah kedua putranya yaitu Qabil dan Habil.[6]
Selain itu Allah SWT menceritakan kisah-kisah nabi terdahulu dan umatnya seperti kisah Nabi Nuh AS dan kaumnya yang ditenggelamkan dalam banjir bandang yang begitu besar, tiada satupun yang selamat kecuali para pengikut setia Nabi Nuh AS.[7]
Dalam Al-Qur’an, Allah juga menceritakan kisah-kisah teladan seperti kisah Aisyah istri Firaun, Luqmanul Hakim, Ashabul Kahfi, Iskandar Dzurqornain dan tokoh yang baik lainnya maupun kisah yang jahat seperti Namrud, Firaun, Qorun, Abu Lahab, dan lainnya agar menjadi pelajaran bagi semua umat manusia.[8]
Semua kisah yang ada dalam Al-Qur’an tersebut adalah fakta bukan rekaan semata, walaupun sampai saat ini belum semuanya terbukti secara empiris.
3.    Mukjizat Al-Qur’an dari Segi Ramalan Masa Depan
Banyak sekali ramalan masa depan yang ada dalam Al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut:
a.       Ramalan kemenangan Kerajaan Bizantium (Romawi) setelah kalah dari Persia pada beberapa tahun yang lalu. Kemenangan Romawi ini terdapat dalam Al-Quran Surah ar-Rum ayat 1-5:
الم ۞ غُلِبَتِ الرّومُ ۞  في أَدنَى الأَرضِ وَهُم مِن بَعدِ غَلَبِهِم سَيَغلِبونَ ۞ في بِضعِ سِنينَ ۗ لِلَّهِ الأَمرُ مِن قَبلُ وَمِن بَعدُ ۚ وَيَومَئِذٍ يَفرَحُ المُؤمِنونَ ۞ بِنَصرِ اللَّهِ ۚ يَنصُرُ مَن يَشاءُ ۖ وَهُوَ العَزيزُ الرَّحيمُ ۞
Artinya: "Alif lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang."
Menurut Ibnu Abbas RA ramalan kemenangan umuat Islam dalam perang Badar terjadi tujuh tahun sebelum perang Badar terjadi.[9]
b.      Kemenangan umat Islam dalam perang Badar
Kemenangan umat Islam dalam perang Badar telah dijelaskan dalam Alquran surah Al-Qamar ayat 44-46 berikut :
أَم يَقولونَ نَحنُ جَميعٌ مُنتَصِرٌ  ۞  سَيُهزَمُ الجَمعُ وَيُوَلّونَ الدُّبُرَ  ۞  بَلِ السّاعَةُ مَوعِدُهُم وَالسّاعَةُ أَدهىٰ وَأَمَرُّ  ۞
Artinya: “Atau Apakah mereka mengatakan: "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang." Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat Itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.

4.    Mukjizat Al-Qur’an dari Segi Ilmu Pengetahuan
Segi lain dari kemu’jizatan al-Qur’an, adalah isyarat-isyarat yang rumit terhadap sebagian ilmu pengetehuan alam yang pada masa itu belum ada yang memenukannya, namun banyak sekali ilmu pengetahuan yang ada dalam Al-Qur’an tersebut dapat dibuktikan pada abad modern ini, diantaranya sebagai berikut:
a.    Penyerbukan dengan bantuan angin
Ilmu yang bekembang pada saat ini membuktikan bahwa angin dapat membantu penyerbukan tumbuh-tumbuhan. Angin meniupkan benang sari sehingga dapat jatuh dikepala putik dan terjadi penyerbukan.[10]
Penyerbukan dengan bantuan angin ini telah disebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 22 yang berbunyi:
وَأَرسَلنَا الرِّياحَ لَواقِحَ فَأَنزَلنا مِنَ السَّماءِ ماءً فَأَسقَيناكُموهُ وَما أَنتُم لَهُ بِخازِنينَ
Artinya: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”
b.    Asal kejadian alam semesta
Seorang ahli astronomi yang bernama Jean mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari gas-gas yang berserakan secara teratur di alam yang luas, sedangkan bumi ini tercipta dari gas-gas tersebut yang memadat.[11] Pendapat Jean tersebut sesuai dengan Firman Allah Surat Al-Fushshilat ayat 11 yaitu:
ثُمَّ استَوىٰ إِلَى السَّماءِ وَهِيَ دُخانٌ فَقالَ لَها وَلِلأَرضِ ائتِيا طَوعًا أَو كَرهًا قالَتا أَتَينا طائِعينَ
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.”
c.       Kadar oksigen di angkasa akan berkurang
Sejak manusia mampu berkelana di ruang angkasa dengan pesawat, maka pengamatan dan penelitian para ilmuan telah sampai pada kesimpulan bahwa di angkasa oksigen berkurang. Manakala seorang penerbang meluncur tinggi ke angkasa, dadanya terasa sesak dan sulit bernapas. Oleh karenanya para penerbang harus memakai “oksigen buatan” saat mereka terbang dalam ketinggian 30.000 kaki lebih. Penemuan ini sebenarnya telah disinggung oleh al-Qur’an jauh sebelum manusia melakukan penerbangan, yaitu dalam surat al-An’am ayat 125:
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهدِيَهُ يَشرَح صَدرَهُ لِلإِسلامِ ۖ وَمَن يُرِد أَن يُضِلَّهُ يَجعَل صَدرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّما يَصَّعَّدُ فِي السَّماءِ
Artinya: “Barang siapa yang Allah kehendaki, Allah akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang di kehendaki Allah kesesatan nya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang naik ke langit.

C.    Fungsi Kemukjizatan Al-Qur’an

1.      Bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW
Membuktikan dan mengukuhkan kebenaran kenabian, disetiap pengakuan kenabian mestilah disertai dengan kemampuan melakukan mukjizat. Artinya, jika seseorang menyatakan dirinya Nabi, maka jika ia diminta—dengan sungguh-sungguh—oleh umat untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia umumnya, maka ia harus siap dan mampu melakukannya.
2.      Bukti kebenaran Al-Qur’an
Fungsi penting dari mukjizat al-Qur’an adalah membuktikan kebenaran al-Qur’an itu sendiri, sebagai kalam Allah SWT. Al-Qur’an dapat diragukan kebenarannya jika tidak memiliki bukti-bukti yang pantas sebagai firman Allah SWT, atau sebagai kitab suci. Oleh karena itu, setelah membuktikan kebenarannya yang valid dan benar, maka otoritasnya sebagai sumber utama syariat Islam tidak diragukan lagi.
3.      Menguatkan Iman
Salah satu fungsi mukjizat al-Qur’an adalah untuk menguatkan keimanan terhadap al-Qur’an. Yang berimplikasi langsung terhadap elemen keimanan yang lain. Pengetahuan tentang i’jaz al-Qur’an menguatkan keyakinan bagi orang-orang yang beriman terhadap al- Qur’an, karena kitab ini tidak pernah ditandingi dengan hal serupa lainnya, dan dikaji keilmuannya pada setiap masa. Bagi orang-orang yang tidak beriman, maka fungsi ini tidak berlaku semestinya, karena keimanan tidak ditentukan karena pengakuan akan kemukjizatan al- Qur’an, tetapi hidayah Allah SWT.
4.      Melemahkan musuh-musuh Nabi Muhammad SAW
Mukjizat sangat penting dimiliki oleh seorang Nabi, misalnya, salah satu fungsi mukjizat adalah melemahkan musuh-musuh Nabi yang ingin menyesatkan umat. Maksudnya, jika ada seorang yang bukan Nabi tetapi memiliki kekuatan luar biasa (mungkin berasal dari setan) yang digunakan untuk menyesatkan manusia, maka sesuai dengan rahmat dan kebijaksanaan Allah, maka Dia mesti mengutus seorang Nabi untuk melemahkan kemampuan orang tersebut, sehingga kejahatan tidak akan bisa bertahan selamanya.


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

 I’jazul Qur’an adalah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara terpisah maupun berkelompok-kelompok, untuk bisa mendatangkan minimal yang menyamainya. Kemu’jizatan al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu: segi bahasa, segi sejarah, segi ramalan masa depan. dan segi ilmu pengetahuan,

I’jazul Qur’an merupakan bagian terpenting dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi sebagai pembawa kebenaran, bahwa al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah murni dari Allah SWT dan tidak ada unsur-unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an walau satu ayat, sekalipun dia seorang pakar pujangga sastra dan ahli dalam seni bahasa Arab, dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari kemurnian al-Qur’an.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawar, S. Agil Husin, 1994. I’jaz Al-Qur’an dan Metodologi Tafsir. Semarang: CV Toha Putra
Al-Qattan, Manna Khalil. 2004. Study Ilmu-ilmu Al-Quran (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an), Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa
Ansyory, Anhar, 2012. Pengantar Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Ba’asyien,Mohmmad Arsyad. 2008. Beberapa Segi Kemukjizatan Al-Qur’an, Palu:  Jurnal Hunafa Vol. 5 No. 1.
Ilyas, Yunahar. 2014. Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Itqan Publishing
Mahmud Nuh, Sayid. 2010. Al-Wajizu fi Ulumil Qur’an al-Juz Tsani. Sleman: Spirit for Education and Defelopment
Muslim, Mushtafa. 1996.  Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Riyadh : Dar al-Muslim
Usman, 2009. Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras


 




[1] Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’anI, (Yogyakarta: ITQAN Publishing: 2014), hlm. 239.
[2] Usman, Ulumul Qur’anI, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.205.
[3] Manna Khalil Al Qattan, Study Ilmu-ilmu Al-Quran (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an), (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), hlm. 371

[4] Mushtafa Muslim, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh : Dar al-Muslim, 1996), hlm. 118-217
[5] Ibid., hlm. 140-142
[6] Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: ITQAN Publishing: 2014), hlm. 253.
[7] Ibid., hlm. 253.
[8] Ibid., hlm. 253
[9] Mohmmad Arsyad Ba’asyien, Beberapa Segi Kemukjizatan Al-Qur’an, Jurnal Hunafa Vol. 5 No. 1, April 2008:125-126
[10] S. Agil Husin Al-Munawar, I’jaz Al-Qur;an dan Metodologi Tafsir, (Semarang: CV Toha Putra, 1994), hlm. 15-16.  
[11] Anhar Ansyory, Pengantar Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga Pengembagan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2012), hlm. 83. 

0 komentar:

Posting Komentar