Disusun oleh:
Ali Mutohar (16350039, AS-A)
A. Akhil Adib (16350040, AS-A)
PROGRAM STUDI AL AHWAL AL
SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
Puji
dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat taufik serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Karakteristik Ilmu Tasawuf dan Penelitiannya”. Sholawat serta salam senantiasa
tercurah kepada seorang tokoh yang tidak pernah menokoh namun imannya paling
kokoh, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang dengan agama yang di ridhoi-Nya, yaitu agama islam.
Penulisan
makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Akhlak Tasawuf, Jurusan Al Ahwal Al Syakhsiyah, Fakultas Syari’ah dan
hukum, Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan
selesainya makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang penulis miliki dan
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah pada waktu dan
kesempatan berikutnya.
Akhirnya
penulis berharap, semoga makalah yang sedehana ini dapat memberikan pengetahuan
dan pemahaman serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
penulis dan pembaca pada umumnya.
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang ..........................................................................................1
2.
Rumusan Masalah
...................................................................................
2
3.
Manfaat dan Tujuan
................................................................................
2
BAB II. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Tasawuf...................................................................................
3
2.
Karakteristik Tasawuf
..............................................................................
5
3.
Penelitian tasawuf
....................................................................................
8
BAB III. PENUTUP
1.
Kesimpulan.............................................................................................
16
2.
Saran........................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tasawuf sekarang bukan hal yang asing lagi bagi indra
pendengar kita. Istilah tasawuf yang dulu hanya dikenal oleh para santri atau
orang yang belajar agama di pondok pesantren
sekarang telah menjadi istilah
yang masyhur di kalangan para mahasiswa di berbagai penjuru tanah air, bahkan
penjuru dunia dan kini akhlak dan tasawuf menjadi mata kuliah yang di ajarkan
di perguruan tinggi islam baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pada dasarnya tasawuf adalah upaya para ahlinya untuk
mengembangkan semacam disiplin (riyâdhah) spiritual, psikologis, keilmuan dan
jasmaniah yang dipercayai mampu mendukung proses penyucian jiwa atau hati.[1]
Meskipun istilah
tasawuf sudah begitu masyhur, namun masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui apa makna tasawuf, baik dari kalangan yang berpendidikan rendah
sampai kalangan yang berpendidikan tinggi sekalipun.
Mereka
mempunyai pandangan yang berbeda-beda satu sama lain akan makna dan tujuan tasawuf. Ada yang pandangannya sesuai makna dan tujuan tasawuf yang sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun tidak sedikit yang mempunyai pandangan yang bertentangan
dengan makna dan tujuan tasawuf. Hal ini terjadi karena perbedaan guru,
filsafat, dan kebudayaan dalam berbagai kurun-masa.
Selain hal-hal tersebut, perbedaan pengalaman
para sufi membuat pandangan para sufi dan pengikutnyapun berbeda. Perbedaan itu
menjadikan banyak karakteristik dalam perkembangan ilmu tasawuf serta
penelitian yang dilakukan para sufi dan peneliti ilmu tasawuf berbeda.
2. Rumusan Masalah
a.
Apa Pengertian tasawuf?
b.
Bagaimana karakteristik
tasawuf?
c.
Siapakah para ahli yang telah melakukan upaya
penelitian tasawuf?
d.
Bagaimanakah metode-metodenya?
3. Maksud dan Tujuan
a.
Mengetahui
pengertian tasawuf secara bahasa dan istilah.
b.
Mengetahui
karakteristik tasawuf.
c.
Mengetahui para tokoh yang melakukan
penelitian tasawuf.
d.
Mengetahui
metode penelitian tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasawuf
Pada dasarnya tasawuf adalah upaya para
ahlinya untuk mengembangkan semacam disiplin (riyâdhah) spiritual, psikologis, keilmuan
dan jasmaniah yang dipercayai mampu mendukung proses penyucian jiwa atau hati
sebagaimana di perintahkan dalam kitab suci tersebut.[2]
Abdul Wafa Taftazani mengatakan bahwa tasawuf
adalah gerakan akhlak yang dikembangkan dari akidah-akidah Islam. Tujuan
tasawuf adalah keinginan yang kuat untuk merasa dekat dengan Allah yang
tercantum dalam hadist Nabi Muhammad SAW: “Dan hambaku terus menerus
bertaqarrub/mendekat kepadaku dengan perbatan-perbuatan baik sehingga aku
mencintainya”. Siapa yang Aku
cintai maka Aku akan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan tangan baginya.
Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad
al-Thusi atau yang kita kenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali memberikan definisi bahwa tasawuf adalah ilmu yang
membahas cara-cara seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT.Tasawwuf adalah
budi pekerti barang siapa yang memberikan budi pekerti atasmu, berarti ia
memberikan bekal atas dirimu dalam bertasawwuf, maka hamba yang jiwanya
menerima (perintah) untuk beramal karena sesungguhnya mereka melakukan suluk
dengan suluk dengan nur (petunjuk) islam dan ahli zuhud yang jiwanya menerima
(Perintah) untuk melakukan beberapa akhlq (terpuji), karena mereka telah
melakukan suluk nur dengan nur (petunjuk) imannya.
Menurut wikipedia bahasa indonesia Tasawuf
(Tasawwuf) atau Sufisme (Bahasa arab: تصوف , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara
menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk
memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf
pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan
dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme islam. Dengan kata lain tasawuf adalah
ilmu untuk mengetahui bagaimana cara mensucikan jiwa.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis
mengambil pengertian bahwa tasawuf adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
bagaimana cara mensucikan diri agar dapat bertaqarrub/ mendekatkan diri kepada
Allah.
2. Karakteristik Tasawuf
Ada dua bentuk atau karakteristik tasawuf
yaitu tasawuf yang bercorak religius dan tasawuf yang bercorak filosofis.
Tasawuf yang bercorak religius adalah semacam gejala yang
tibul dalam semua agama, baik di dalam
yang diakui di dunia maupun agama yang tidak diakui dunia.
Begitu juga
dengan tasawuf filosofis, yang sejak lama
telah dikenal di dunia timur sebagai
warisan filsafat orang-orang yunani, maupun di Eropa abad pertengahan ataupun
modern. Hal ini dapat
kita lihat pada beberapa sufi Muslim atau banyak mistikus Kristen. Karena itu
pada diri seorang filosof, terjadinya perpaduan antara kecenderungan
intelektual dan kecenderungan mistis merupakan sesuatu yang tidak asing lagi.
Secara umum karakteristik tasawuf adalah sebagai berikut:
a.
Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan aspek
moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkesinambungan,
penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen
hanya kepada keluhuran moral. Tasawuf
seperti ini bersifat praktis.
b.
Tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui peyingkapan
langsung (kasyf al-hijab). Tasawuf
ini bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus yang diformulasikan
secara sistematis analitis.
c.
Tasawuf yang bertujuan membahas bagaimana
system pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis.
Arti dekat dengan Tuhan terdapat tiga simbolis, yaitu: dekat dalam arti melihat
dan merasakan kehadiran Tuhan dalam hati, dekat dalam arti berjumpa dengan
Tuhan sehingga terjadi dialog antara manusia dengan Tuhan, dekat dalam arti penyatuan manusia dengan
Tuhan sehingga terjadi adalah monolog antara manusia yang telah menyatu dengan
idarat Tuhan.
Dibawah bentuk atau karakteristik tasawuf menurut para tokoh tasawuf dunia:
a.
William James, seorang ahli ilmu jiwa
Amerika, mengatakan bahwa kondisi-kondisi Tasawuf selalu ditandai oleh empat
karakteristik sebagai berikut :
1.
Sebagai suatu kondisi pemahaman (noetic).
Sebab, bagi para penempuhnya ia merupakan kondisi pengetahuan serta dalam
kondisi tersebut tersingkaplah hakekat realitas yang baginya merupakan ilham,
dan bukan merupakan pengetahuan demonstratif.
2.
Sebagai suatu kondisi yang mustahil dapat
dideskripsikan atau dijabarkan. Sebab ia semacam kondisi perasaan (states of
feeling), yang sulit diterangkan pada orang lain dalam detail kata-kata
seteliti apa pun.
3.
Ia merupakan suatu kondisi yang cepat sirna
(transiency). Dengan kata lain, dia tidak berlangsung lama tinggal pada
sang sufi atau mistikus, tapi ia menimbulkan kesan-kesan sangat kuat dalam ingatan.
4.
Ia merupakan suatu kondisi pasif (passivity).Dengan
kata lain, seorang tidak mungkin menumbuhkan kondisi tersebut dengan kehendak
sendiri. Sebab, dalam pengalaman mistisnya, justru dia tampak seolah-olah
tunduk di bawah suatu kekuatan supernatural yang begitu menguasainya.
b. R.
M. Bucke mengatakan
terdapat tujuh karakteristik di dalam tasawuf, yaitu ;
1. Pancaran diri
subyektif (subyective light).
Seseorang yang mengamalkan tasawuf secara benar sesuai ajaran Nabi Muhammad
SAW pasti akan mempunyai perilaku yang baik karena telah mengalami kebaikan
yang telah dilakukan.
2. Peningkatan
moral (moral elevation).
Seseorang yang telah mempelajari dan memahami ilmu tasawuf dengan benar
dipastikan akan meningkat moralnya dikarenakan tasawuf tersebut memberikan ajaran
yang baik baik yang mempelajarinya.
3. Kecemerlangan
intelektual (intelektual illumination).
Sudah menjadi hal yang wajar bagi seorang sufi mempunyai intelektual yang
cemerlang. Hal itu karena mereka senantiasa untuk mendekatkan diri dan memohon
kepada sang pencipta agar diberi kecerdasan intelekyual.
4. Perasaan hidup
kekal (sence of immotality).
Para sufi mempunyai perasaan hidup yang kekal adalah hal yang wajar menurut
mereka, karena mereka menganggap bahwa Allah akan menjadikannya mereka kekal
sebab telah dekat dengan-Nya. Namun bagi kalangan bukan sufi perasaan hidup
kekal tersebut tidak ada, karena Allah pasti akan mematikan semuia makhluk
tanpa terkecuali.
5. Hilangnya
perasaan takut mati (loss of fear of death).
Para sufi mempunyai perasaan tidak takut mati karena mereka beranggapan
bahwa dirinya akan masuk surga. Hal itu dikarenakan mereka telah dekat dengan
Allah Tuhan pencipta alam.
6. Hilangnya
perasaan dosa (loss of sense of sin).
Pelaku sufisme menganggap bahwa dosanya yang telah dilakukan akan dihilangkan
karean mereka beranggapan bahwa Tuhan akan menghapus segala dosa manusia yang
telah bertobat dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
7. Ketiba-tibaan (suddynness).
c. Bertrand Russell, setelah menganalisa kondisi-kondisi tasawuf, telah berusaha untuk
membatasi ciri-ciri flosofis tasawuf kedalam empat karakteristik yang
menurutnya akan membedakan tasawuf dari filsafat-filafat lainya, pada semua
kurun-masa dan di seluruh penjuru dunia. Empat karakteristik itu ialah sebagai berikut ;
1. Keyakinan atas
intuisi (intuition) dan pemahaman batin (insight)sebagai metode
pengetahuan, sebagai kebalikan dari pengetahuan rasional analitis.
2. Keyakinan atas
ketunggalan (wujud), serta pengingkaran atas kontradiksi dan diferensiasi,
bagaimana pun bentuknya.
3. Pengingkaran atas realitas zaman.
4.
Keyakinan atas kejahatan sebagai sesuatu yang hanya sekedar lahiriah dan
ilusi saja, yang dikenakan kontradiksi dan diferensiasi, yang dikendalikan
rasio analitis.
3. Peneliti Tasawuf
a. Sayyed Husein Nasr
Sayyed Husein Nasr lahir di Teheran, Iran,7 April 1933.
Beliau adalah salah satu ilmuan yang
sangat masyhur dan banyak melahirkan berbagai macam karya ilmiah. Sejarah mencatat bahwa Sayyed Husein Nasr adalah seorang ilmuan muslim ke-6 di abad
modern yang memlakukan penelitian dalam bidang tasawuf.
Beliau berhasil membuat karya ilmiah yang di tuliskan
dalam bukunya yang berjudul “Tasawuf Dulu dan Sekarang” yang sekarang sudah
diterjemahkan oleh Abdul Hadi WM dan diterbitkan oleh pustaka firdaus di Jakarta
tahun 1985 silam.
Dalam penelitiannya beliau menggunakan metode penelitian
dengan pendekatan tematik, yaitu Ia menggunakan metode penelitian dengan
pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf
sesuai dengan tema-tema tertentu.
Beliau melakukan penelitian secara kualitatif dengan
dasar studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah
tasawuf dunia. Beliau mengungkapkan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk
menjalin hubungan yang instens dengan
Tuhan dalam mencapai ketuhanan. Beliau juga mengungkapkan
tingkatan-tingkatan kerohanian manusia dalam dunia tasawuf.
b. A. J. Arberry
A.J. Arberry merupakan salah seorang peneliti islam di
barat yang sangat
terkenal, dia banyak melakukan penelitian dalam bidang studi
keislaman, termasuk dalam penelitian tasawuf. Dalam bukunya “pasang surut
aliran tasawuf”, Arberry mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu antara
pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh.
Dengan pendekatan tersebut dia mencoba kemukakan tentang
firman Allah, kehidupan nabi, para zahid, para sufi, para ahli teori tasawuf,
sruktur teori dan amalan tasawuf , tarikat sufi, teosofi dalam aliran tasawuf
serta runtuhnya aliran tasawuf.
Dari isi penelitiannya itu, tampak bahwa Arberry
menggunakan analisis kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut dipahami
berdasarkan konteks sejaranya, dan tidak dilakukan proses aktualisasi nilai
atau mentranformasikan ajaran-ajaran tersebut ke dalam makna
kehidupan modern yang lebih luas.
c. Prof. Dr. Harun Nasution
Harun
Nasution lahir pada tanggal 23 September
1919 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Beliau adalah seoranr tokoh yang terenal dengan ide
pembaharuannya. Selain itu Harun Nasution juga merupakan guru besar dalam bidang teologi dan
filsafat islam serta menaruh perhatian yang besar terhadap penelitian di bidang tasawuf.
Dalam bukunya yang berjudul filsafat dan mistisisme dalam
islam, ia menggunakan metode tematik, yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan
dalam tema jalan untuk dekat kepada Tuhan dengan berbagai cara yaitu
1. Taubat, merupakan kembali ke jalan yang di ridhoi Allah SWT, yang merupakan jalan pertama
untuk dekat kepada Allah SWT
2. Wara’ adalah
meninggalkan segala sesuatu yang mengandung syubhat
(kesamaran) di dalamnya. Menurut Abdul Halim wara’ adalah kehati-hatian
di dalam perkataan, hati nurani dan perbuatan
3. Zuhud, adalah meninggalkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia dan memfokuskuskan diri untuk
kehidupan akhirat yang kekaldengan meningkatkan ibadah kepada Allah.
4. Mahabbah, memleluk kepatuhan kepada
Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-NYA, menyerahkan seeluruh diri
kepada yang dikasih dan mengisongkan diri dari segala sesuatu kecualidari diri
yng dikasihi. Maqam mahabbah dialami oleh Rabi’ah Al-Adawiyah.
5. Fana, melebur
nafsu jasmani mereka di dalam peniadaan diri dan menjadi hapus dari segala yang
berada di bawah-Nya.
6. Baqa, memandang ke kanan mereka lihat Tuhan dan jika mereka memandang ke
kiri mereka juga melihat Tuhan. Mereka melihat-Nya di dalam keadaan apapun.
Mereka hidup kekal di dalam kebaqaan-Nya.
7. al-ma’rifat, semua makhluk dari dua dunia dan dalam diri
semua orang mereka melihat Tuhan, dan tak ada keluhan yang timbul karena
penglihatannya.
8. al-ittihad, seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan
Tuhan, suatu tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi
satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu.
9. Hulul, secara harifah hulul berarti Tuhan
mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan
sifat-sifat kemanusiannya melalui fana. Dengan kata lain hulul sebagai suatu tahap dimana manusia
dan Tuhan menyatu secara Rohaniah.
10. Wahdat al-wujud, adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan
al-wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud
artinya ada. Dengan demikian wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud antara pelaku sufi dengan tuhannya tanpa ada
jarak sedikitpun.
Penelitiannya
itu memberikan
hasil bahwa komunikasi dengan Tuhan dapat dilakukan
melalui daya rasa manusia yang berpusat di lubuk hati
sanubari. Efek dari komunikasi tersebut adalah memberikan kesadaran bagi manusi sufi untuk senantiasa
mensucikan diri dari perbuatan tercela.
Hakekat
tasawuf beliau adalah mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam agama Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan
kepada manusia sesuai dengan firman Allah di dalam al-Qur'an
dan Hadits. Ayat 186 dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika hambaKu
bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang
memanggil jika Aku dipanggil."
Ayat berikutnya surah Al-Qaf ayat 16, menggambarkan lebih
lanjut betapa dekatnya Tuhan dengan manusia, "Telah Kami ciptakan manusia
dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Dan Kami lebih dekat
dengan manusia daripada pembuluh darah yang ada di lehernya Ayat ini
menggambarkan Tuhan berada bukan diluar diri manusia, tetapi di dalam diri
manusia sendiri. Karena itu
hadis mengatakan, "Siapa yang mengetahui dirinya mengetahui Tuhannya."
Dalam ayat-ayat tersebut Allah menegaskan bawa Dia sangat
dekat dengan hamba-Nya, dan para sufi menganggap ayat tersebut sebagai penyatu
antara Tuhan dengannya.
Tidak sedikit para sufi menganggap bahwa sufi melihat
persatuan manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Bahwa
Tuhan dekat bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk lain
sebagaimana dijelaskan hadis berikut, "Pada mulanya Aku adalah harta yang
tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui
mereka Aku-pun dikenal."
Dari anggapan tersebutlah yang membuat makna dari ayat
tersebut disalah pengertiankan, karena perbuatan manusia bukanlah perbuatan
tuhan. Akan tetapi sebuah qada dan qodhar Allah SWT.
d. Mustafa Zahri
Mutafa Zahri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf
dengan menulis buku berjudul “kunci memahami ilmu tasawuf”. Penelitiannya bersifat ekploratif, yakni menggali ajaran tasawuf
dari berbagai literatur ilmu tasawuf. Ia menekankan pada ajaran yang terdapat
dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu
serta dengan mencari sandaran pada al-qur’an dan hadits.
Ia menyajikan tentang kerohanian yang di
dalamnya dimuat tentang contoh kehidupan nabi, kunci mengenal Allah, sendi
kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam menenteramkan batin, serta tarekat dan
fungsinya. Beliau juga menjelaskan tentang bagaimana
hakikat tasawuf, ajaran makrifat, do’a, dzikir dan makna lailaha illa Allah. Beliau menjelaskan bahwa konsep fana dan baqa
saling berkaitan dengan ittihad dan tidak dapat terpisahkan.
Didalam bukunya beliau menerangkang bahwa tasawuf adalah dasar pokok kekuatan bathin, pembersih jiwa, pemupuk iman, penyubur amal
saleh semata-mata mencari keridhaan Allah, memperkuat daya juang dengan sifat-sifat
sabar dab syukur, ridha bil qadha, suhud dan ikhlas, yang semuanya itu adalah
sifat-sifat yang bernilai tinggi. Membina tata hidup dan penghidupan, terutama
untuk membina mental pembangunan atas dasar-dasar ajaran Tasawuf, maka Islam
akan lebih mampu membangun kemajuan dunia dan terutama pada pembangunan
Nasional kita sekarang ini.
Selain itu didalam
bukunya, beliau menjelaskan bahwa tasawuf merupakan salah satu bagian dari ajaran
Islam, yang secara keilmuan lahir di kemudian hari melalui proses yang panjang
dengan dinamikannya sendiri. Kelahirannya sebagai perwujudan dari pemahaman
al-Qur’an dan al-hadis, sesuai dengan konteks zamannya.Tasawuf adalah
bagian dari syari’at Islamiah memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan
sosial. Ajaran pokok tasawuf yakni tentang Tuhan, manusia, dan dunia menjadi
dasar penting dalam menjawab dan menghadapi hiruk pikuk kehidupan dunia saat
ini.
Kautsar Azhari Noor adalah salah satu dosen di UIN
Syarif Hidayatullah, Universitas Indonesia , dan Universitas Paramadina,
Jakarta . Ia banyak menulis artikel ilmiah tentang perbandingan agama,
filsafat, dan tasawuf di berbagai jurnal. Salah satu judul
bukunya adalah wahdat al-wujud dalam perdebatan dengan studi dengan tokoh dan
pahamnya yang khas, Ibn Arabi dengan pahamnya wahdat al- wujud.
Paham ini timbul dari paham bahwa Allah
sebagaimana yang diterangkan dalam uraian tentang hulul, ingin melihat diri-Nya
di luar diri-Nya. Oleh karena itu, dijadikan-Nya alam ini. maka alam ini
merupakn cermin bagi Allah. Dikala Ia ingin melihat dirinya, ia melihat kepada
alam.[3]
Paham ini telah
menimbulkan kontroversi di kalangan para ulama, karena paham tersebut dinilai
membawa reinkarnasi, atau paham serba Tuhan, yaitu Tuhan menjelma dalam
berbagai ciptanya. Dengan demikian orang-orang mengira bahwa Ibn
Arabi membawa paham banyak Tuhan. Mereka berpendirian bahwa Tuhan dalam arti
zat-Nya tetap satu, namun sifat-Nya banyak. Sifat Tuhan yang banyak itupun dalam
arti kualitas atau mutunya, berbeda dengan sifat manusia.[4]
f. Ahmad Amir Maksum
Ahmad Amir Maksum adalah
salah satu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mendapatkan gelar
sarjana filsafat islam pada tahun 2010 . Beliau menulis skripsi dan memberi
kesimpulan bahwa Tasawuf tidak bisa
memgembangkan budaya tauhid. Alasannya disamping mempercayai keesaan Tuhan, kaum sufi juga
menyembah dan memitoskan wali, seperti wali Songo.
Apalagi setelah berkembangnya menjadi banyak
ordo atau tariqat, akibatnya hanya tinggal komat-kamit zikir di dalam masjid,
sehingga umat Islam ketinggalan zaman, urai Simuh yang dikenal banyak melakukan
penelitian dibidang tasawuf bahwa tasawuf tidak hanya melulu pada yang di atas,
Tuhan. Melainkan juga
harus bersosialisasi hidup bersahaja dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik. Maka
tingkat ketasawufan akan dicapai. [5]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian yang dipaparkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa tasawuf adalah suatu disiplin ilmu yang mempunyai tujuan
mendekatkan diri atau bertaqarrub kepada Allah.
Sedangkan karakteristik tasawuf ada dua yaitu tasawuf religius dan
tasawuf filosofis yang menganut doktrin-doktrin Yunanai.
Secara umum tasawuf
terbagi menjadi tiga yaitu
a. Tasawuf yang
bertujuan untuk pembinaan aspek moral.
b. Tasawuf yang
bertujuan untuk ma’rifatullah.
c. Tasawuf yang
bertujuan membahas bagaimana system pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah.
Tasawuf menurut sarjana
atau tokoh-tokoh barat dapat diketahui menurut pemikiran William James, R. M
Bucke, dan Bettrad Russel . Semua kararistik tersebut di lakukan para
sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tanpa dibarengi dengan unsur ingin
dipuji manusia atau sejenisnya.
Tokoh-tokoh yang melakukan
penelitian terhadap tasawuf sangatlah banyak diantara Prof. Dr. Harun Nasution,
Kautsar Azari Noor, dan Ahmad Amir Maksum, yang merupakan alumni UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, dan masih banyak lagi.
2. Saran
Setelah mempelajari
pengertian tasawuf dan karakteristiknya diharapakan kita mampu untuk memahami
dan mengerti makna tasawuf serta mengaplikasikanya didalam kehidupan
sehari-hari, walaupun masih kurang maksimal karena kita hanya makhluk ciptaan
Allah SWT. Namun
itu merupakan suatu bentuk usaha untuk bertaqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh
pengabdian dan keikhlasan kepada-NYA.
Kita harus dapat memilih
dan memilah bila ada suatu pemahaman tasawuf yang melenceng dari ajaran aqidah
islam. kita harus memahami aqidah yang murni yang belum tercampur oleh sufi,
karena belom tentu semua sufi mempunyai pandangan yang sesuai dengan aqidah
islam.
DAFTAR PUSTAKA
Bagir, Haidar. 2005. Buku Saku Tasawuf.
Bandung: Mizan
Shaifulah. 2013. Pengantar Tasawuf. Pasuruan: Yudharta Press
Abdul Mujieb,M. 2009. Ensiklopedia Tasawuf Imam Ghozali.Jakarta
Selatan:Hikmah
Al- Ghozali. 2008.Mutiara Ihya ‘Ulumudin: yang di Tulis Sendiri Oleh
Sang Hujatul Islam. Bandung:Mizan
https://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme
Nata,abuddin.1998.metodelogi
studi islam. Jakarta:Rajawali press
Simuh, ahlak tasawuf,1998.jakarta:pt.raja grafindo persada
MGMP. 2014. HIKMAH: Akidah Akhlak kelas
11Madrasah Aliyah.Yogyakarta: Akik Pustaka
http://kumpulanmakalah123.blogspot.co.id/2014/03/makalah-model-penelitian-tasawuf.html
Amir Maksum, Ahmad. 2010.Pemikiran Prof.
Dr. Simuh Tentang Tasawuf dalam Buku Islam
Dan Pergumulan Budaya Jawa, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
http://alfynlm.blogspot.co.id/2015/03/resensi-buku-kunci-memahami-ilmu.html
[1] Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf, Mizan,
Bandung, 2005, hlm. 91.
[2] Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf, Mizan,
Bandung, 2005, hlm. 91.
[3] http://alfynlm.blogspot.co.id/2015/03/resensi-buku-kunci-memahami-ilmu.html
[4]
http://alfynlm.blogspot.co.id/2015/03/resensi-buku-kunci-memahami-ilmu.html
[5] Ahmad Amir Maksum, Pemikiran Prof.
Dr. Simuh Tentang Tasawuf dalam Buku Islam
Dan Pergumulan Budaya Jawa, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 201. Hlm. 33
0 komentar:
Posting Komentar