Istinja’ dalam bahasa Arab artinya mencari keselamatan dan dalam ilmu fiqih ialah menghilangkan najis yang keluar dari kedua aurat depan dan belakang dengan memakai air atau batu dan hukumnya wajib.
Beristinja’ ada tiga cara
1. Cara pertama dengan mengunakan air dan batu, ini merupakan cara yang paling sempurna dan disunahkan karena bisa menghilangkan bekas najis secara keseluruhan.
2. Cara kedua dengan menggunakan air saja, ini merupakan cara yang cukup. Cara ini pernah dilakukan oleh Nabi saw.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُولُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي الْخَلاَءَ، فَأَتْبَعَهُ أَنَا وَغُلاَمٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِإِدَاوَةٍ مِنْ مَاءٍ فَيَسْتَنْجِي بِهَا (رواه الشيخان)
Sesuai dengan Hadits dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti olehku dan seorang anak muda yang membawa kendi berisi air, maka beliau beristinja dengan air. (HR Bukhari Muslim)
3. cara ketiga dengan menggunakan batu saja ini merupakan cara yang paling ringan atau sedikitnya.
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ ، فَإِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْغَائِطِ فَلا يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ ، وَلا يَسْتَدْبِرْهَا لِغَائِطٍ وَلا بَوْلٍ ، وَلْيَسْتَنْجِ بِثَلاثَةِ أَحْجَارٍ (الشافعي وأبو داود والنسائي وابن ماجه)
Rasulallah saw bersabda: “Sesungguhnya aku bagi kamu seperti bapak maka apabila engkau ke WC, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar dan bersucilah (ceboklah) dengan tiga batu” (HR asy-Syafie, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Majah).
Dalam hal ini Rasulallah saw melarang cebok dengan menggunakan tahi binatang yang kering atau tulang dan melarang beristinja’ (cebok) dengan tangan kanan.
Syarat Beristinja’ Dengan Batu
1. Beristinja’ sebelum najisnya kering
2. Beristinja’ di tempat keluarnya najis
3. Tidak tersentuh oleh sesuatu
4. Tidak pindah najisnya dari kedua aurat (lubang tempat keluar najis)
5. Beristinja paling sedikit dengan tiga batu.
عَنْ سَلْمَان الفَارِسِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَنْ لاَ يَجْتَزِئَ بأقلِّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ (رواه مسلم)
Sesuai dengan hadits dari Salman al-Farisi ra, ia berkata: “Rasulallah saw memerintahkan kami untuk tidak beristinja’ (cebok) kurang dari tiga batu” (HR Muslim)
Adab Masuk Kamar Mandi (WC)
1. Tidak membawa sesuatu dari dzikir Allah dan Rasul-Nya,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَخَلَ الْخَلاءَ ، وَضَعَ خَاتَمَهُ (حسن صحيح غريب الترمذي)
Dari Anas bin Malik ra, telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi saw jika memasuki WC beliau melepaskan cincinya (HR at-Tirmidzi). Cincin beliau tertulis ”Mumammad Rasulallah”
2. Membaca do’a sewaktu masuk
بسم الله اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan laki- laki dan syetan perempuan
عَنْ عَلِيِّ ابن أَبِي طَالِبٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سِتْرُ ما بَيْنَ أَعْيُنِ الجِنّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إذَا دَخَلَ الكَنِيفَ أنْ يَقُولَ باسْمِ اللَّهِ (الترمذي و إسناده ليس بالقوة)
Dari Ali bin Abi Thalib ra, bahwa Rasulallah saw bersabda: penutup (dinding) antara Jin dan aurat manusia jika memasuki WC ia berkata: “bismillah” (HR at-Tirmidzi).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الخَلاَءَ قَالَ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ (رواه الشيخان)
Hadits lainnya dari Anas bin Malik ra sesungguhnya Rasulallah saw jika memasuki WC beliau berkata ”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan laki- laki dan syetan perempuan” (HR Bukhari Muslim)
3. Membaca do’a sewaktu keluar
غُفْرَانَكَ اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنّيِ الأذَى و عَافَانيِ
Artinya: PengampunanMu ya Allah, segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan kotoran dariku dan memberikan kepadaku kesehatan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ : مَا خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْغَائِطِ إِلا قَالَ : غُفْرَانَكَ ” (أبو داود وابن ماجه والترمذي)
Sesuai dengan hadits dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulallah saw tidak keluar dari WC kecuali beliau berkata ”pengampunan-Mu ya Allah” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ مِنْ الْخَلَاءِ قَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي (ابن ماجه ضعيف يعمل به في الفضائل)
Hadits lainnya dari Abu Dzarr ra sesungguhnya Rasulallah saw jika keluar dari WC beliau berkata: ”Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan kotoran dariku dan memberikan kepadaku kesehatan ” (HR Ibnu Majah, dhaif untuk pelengkap ibadah)
4. Mendahulukan kaki kiri sewaktu masuk dan kaki kanan sewaktu keluar. Karena kiri untuk keburukan dan kanan untuk kebaikan.
5. Membaca do’a dalam hati sewaktu beristinja’ (cebok)
اللَّهُمَّ حَصِّنْ فَرْجِي مِنْ الْفَوَاحِشِ وَ طَهِّرْ قَلْبِي مِنْ النِّفَاقِ
Artinya: Ya Allah jagalah kemaluanku dari perbuatan keji dan bersihkanlah hatikau dari nifak
Adab Buang Air di Tempat Terbuka
1. Bersembunyi atau berjauhan dari pandangan manusia agar tidak terdengar suara atau terhendus bau dari yang keluar.
عَنْ يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ ، أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَهَبَ إِلَى الْغَائِطِ أَبْعَدَ (صحيح أحمد والترمذي وغيرهما)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw jika hendak buang air besar maka beliau pergi jauh. (HR Ahmad, At-Tirmidzi dll).
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ أَتَى الغَائِطَ فَلْيَسْتَتِرْ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إلاَّ أَنْ يَجْمَعَ كَثِيباً مِنْ رَمْلٍ فَلْيَسْتَتِرْ بِهِ (أحمد و أبو داود بأسانيد حسنة)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda “Barangsiapa yang hendak buang hajat maka hendaklah bertabir. Kalau dia tidak mendapatkan tabir (tutup) hendaklah dengan cara mengumpulkan pasir (untuk dijadikan tabir), maka lakukanlah" (HR Ahmad, Abu Daud dengan sanad baik)
2. Jangan buang air di air tenang/tergenang.
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ نَهَى أنْ يُبَالَ في المَاءِ الرَّاكِدِ (رواه مسلم)
Dari Jabir ra, bahwa Rasulallah saw telah melarang seseorang itu kencing di air yang tenang. (HR Muslim)
3. Jangan buang air di lubang karena kemungkinan ada jin dan binatang.
عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَرْجِسَ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْبَوْلِ في الْجُحْرِ (صحيح أحمد وأبو داود والنسائي والحاكم والبيهقي)
Dari Qatadah ra, dari Abdullah bin Sarjis ra, sesungguhnya Rasulullah saw telah melarang seseorang kencing di suatu lubang" (Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'I, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)
4. Jangan buang air di jalanan orang dan di tempat orang berteduh.
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : اِتَّقُوا اللعَّانَينْ . قَالُوْا: وَمَا اللَعَّانَانِ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: ” الَّذِي يَتَخلَّى في طَرِيْقِِ النَّاسِ أََوْ فِي ظِلِّهِمْ ” (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda “Jauhilah dua (perbuatan) yang menyebabkan laknat, yaitu buang hajat (besar/kecil) di jalan umum atau diperteduhan mereka" (HR Muslim)
5. Jangan buang air di bawah pohon ridang atau berbuah dan di tempat yang ada angin kencang
6. Jangan berbicara disaat buang air.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَخْرُجْ الرَّجُلَانِ يَضْرِبَانِ الْغَائِطَ كَاشِفَيْنِ عَنْ عَوْرَتِهِمَا يَتَحَدَّثَانِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَمْقُتُ عَلَى ذَلِكَ (رواه أحمد و أبو داود)
Dari abu Said ra, ia mendengar Rasulallah saw bersabda ” Tidaklah dua orang laki-laki keluar bersama untuk buang hajat lalu mereka membuka aurat mereka dan bercakap-cakap, maka sungguh Allah murka atas hal itu" (HR Ahmad,Abu Dawud)
7. Jangan menghadap ke kiblat atau membelakanginya disaat buang air kalau bukan di WC.
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : إِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمُ الى الْغَائِطَ فَلاَ يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ وَلاَ يَسْتَدْبِرْهَا لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ (صحيح الشافعي)
Rasulallah saw bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian pergi untuk buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika buang air besar dan kecil" (HR shahih Syafie)
8. Harus meniriskan kecing hingga bersih dengan mengurut auratnya bagi laki- laki dan berdehem bagi perempuan.
https://hasansaggaf.wordpress.com/2011/12/08/istinja-cebok/